KOMPETENSI PENGELOLA BISNIS

 

REFLEKSI MAULID NABI SAW: PEMBERDAYAAN DAN PERUBAHAN

PEMAHAMAN SYAHADAT YANG SYAMIL ADALAH ‘POWER OF CHANGE’
PEMAHAMAN SYAHADAT YANG SYAMIL ADALAH ‘POWER OF CHANGE’

 

Hari ini Kamis, 12 Rabi’ul awwal 1442 bertepatan dengan 29 Oktober 2020 ummat Islam seluruh dunia diingatkan kembali untuk melakukan refleksi terhadap kelahiran Muhammad bin Abdullah.  Beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul dengan menerima wahyu pertama yang berbunyi:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS Surat Al-Alaq:1-5)

Kata Iqra’ dalam kamus memiliki beragam macam makna; menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mempelajari, mengumpulkan, dan beberapa makna lainnya. (Munawir, 1984:1101). Yang unik adalah proses untuk mendapatkan wahyu itu Muhammad bin Abdullah berkhalwat di gua Hira’ mengasingkan diri di tempat yang sunyi untuk bertafakur, beribadah dan bertaqarab kepada Allah.

Dari proses Muhammad bin Abdullah mendapatkan wahyu tersebut kita dapat mengambil pelajaran PENTINGNYA MUMBUHKAN KEMAUAN KUAT UNTUK MENERIMA WAHYU.   Dari kemauan kuat tersebut akan mengembangkan POLA KEHIDUPAN BERWAHYU, artinya menjadikan wahyu Allah (yaitu Al-Quran) sebagai IMAM, RUH, DAN STANDAR KEBIJAKAN MAUPUN OPERASIONAL KEHIDUPAN.

Kembangkan sifat: rasa kelemahan diri, rasa tanggung jawab yang besar, adanya kebutuhan yang besar pada Allah (Abdullah Said, 1981:88-89).

Why ? Kita memerlukan pertolongan Allah dalam segala urusan dan dalam segala keadaan.  Sebagaimana Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji (QS 35:15)

Kita butuh diberi kemampuan untuk melakukan sesuatu, butuh diberi-Nya rezeki dan kenikmatan, butuh dihindarkan dari bencana, butuh diurus dan diatur-Nya, butuh beribadah kepada-Nya, butuh diajarkan-Nya sesuatu yang belum diketahui, dan butuh segalanya kepada Allah. Sehingga kita tidak menyerahkan urusan kepada diri kita sendiri walau sekejap. Oleh karena itu, belajar itu adalah panggilan iman (Syafii Antonio, 2013:10).

Pemberdayaan (empowering of human capital)

Al-Arqam bin Abi al-Arqam adalah seorang pengusaha yang berpengaruh dari suku Makhzum tinggal di tempat agak terpencil di atas bukit Shafa, Makkah sehingga lebih aman dari gangguan kafir Makkah Quraisy. Di rumah Al-Arqam inilah yang dipilih Rasulullah  menjadi markas pengkaderan, ‘EMPOWERING OF HUMAN CAPITAL’ membina (yutsaqqif) kaum muslimin generasi pertama itu. Sholat bersama mereka, tahajud di malam hari. Membangkitkan keruhanian dengan sholat, membaca al Qur’an, membina pemikiran mereka dengan memperhatikan ayat-ayat Allah dan meneliti ciptaan-ciptaan-Nya, dan membina akal fikiran mereka dengan makna-makna dan lafazh-lafazh Al Qur’an serta mafahim dan pemikiran islam, dan melatih mereka untuk bersabar terhadap berbagai halangan dan hambatan dakwah. Mewasiatkan kepada mereka untuk senantiasa taat dan patuh sehingga mereka benar-benar ikhas lillahi ta’ala. Begitulah Rasulullah melakukan ‘EMPOWERING OF HUMAN CAPITAL’ para sahabat as-Sabiqunal Awwalun sehingga menjadi ‘human capital’ yang tangguh dalam berdakwah dan membela Islam, untuk melakukan perubahan.

Perubahan

Syahadat generasi pertama telah menjadi ‘POWER OF CHANGE’, semangat untuk melakukan perubahannya semakin membaja. Oleh karena itu, apalah artinya syahadat jika tidak punya isi ? Apalah artinya syahadat jika tidak berpotensi ? Apalah artinya syahadat yang sekedar formalitas, yang mandul tanpa follow up ? Apalah artinya syahadat yang tidak melahirkan komitmen pengorbanan dan kesungguhan untuk melakukan perubahan … ? ((Abdullah Said, 2015:10)

Bai’at ‘Aqabah I (621 M) adalah perjanjian Nabi Muhammad saw. dengan 12 orang penduduk Yatsrib yang kemudian memeluk Islam. Bai’at ‘Aqabah ini terjadi pada tahun kedua belas kenabiannya. Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam kemudian menugaskan Mush’ab bin ‘Umair dan ‘Amr bin Ummi Maktum ke Yatsrib bersama mereka untuk melakukan ‘EMPOWERING OF HUMAN CAPITAL’ (https://id.wikipedia.org).

Setelah Nabi hijrah ke Yatsrib tahun 622 M, ‘POWER OF CHANGE’ itu semakin luar biasa kekuatan energinya. Membangun MASJID NABAWI, MEMBANGUN SISTEM EKONOMI,  YATSRIB diubah namanya menjadi AL-MADINAH AL-MUNAWWARAH. MEMBANGUN SISTEM KEMASYARAKATAN dengan mempersaudarakan sahabat MUHAJIRIN Makkah dan ANSHAR Madinah berdasarkan ikatan akidah Islamiyah. Rasulullah SAW juga mempersatukan seluruh penduduk Madinah, baik Muslim, Yahudi maupun penyembah berhala berdasarkan ikatan sosial politik dan kemanusiaan. Hal itu ditetapkan dalam PIAGAM MADINAH dengan prinsip-prinsip kebebasan beragama, toleransi, persamaan, persaudaraan, dan tolong-menolong (https://republika.co.id).

Jadi begitulah Rasulullah SAW melakukan perubahan melalui pemberdayaan ‘EMPOWERING OF HUMAN CAPITAL’ dengan mengembangkan mindset perubahan, sehingga menghasilkan ‘POWER OF CHANGE’.  Dengan ‘POWER OF CHANGE’ itu kemudian Rasulullah melakukan ‘RECONSTRUCTING OF SOCIETY’ dengan membangun Masjid Nabawi, membangun sistem ekonomi, mengkolaborasikan semua potensi masyarakat Yastsrib yang berbeda suku, ras, agama, dan keyakinan dengan membuat PIAGAM MADINAH.

 

 

 

 

 

URGENSI SOFT SKILL


  • Hasil penelitian Cahyadi Lie dan Darmasetiawan (2017) menunjukkan bahwa soft skill berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan kerja menghadapi MEA dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,870, t-hitung sebesar 12,837 dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,668 yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara soft skill (X) terhadap kesiapan kerja mahasiswa dalam menghadapi MEA. Sementara itu, nilai koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0,446 atau 44,6% yang berarti bahwa variabel soft skill mampu memberikan kontribusi atas perubahan yang terjadi pada variabel kesiapan kerja menghadapi MEA (Y) sebesar 44,6%. Sedangkan sisanya sebesar 55,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini. Sebuah penelitian yang lain menjelaskan bahwa 80% faktor kesuksesan seseorang dipengaruhi oleh soft skill.
  •  
  • Kemampuan dalam soft skill ini meliputi kemampuan di bidang intrapersonal meliputi percaya diri, kesadaran emosi, kemampuan menilai diri, dan proaktif. Sedangkan kemampuan interpersonal meliputi mampu menerima keragaman, berjiwa pemimpin, berkomunikasi efektif, dan kemampuan membangun sinergi. Kemampuan-kemampuan ini porsinya kurang sekali diberikan, dipelajari, dan diasah oleh anak-anak kita di sekolah konvesional. Karena kebanyakan lembaga pendidikan saat ini lebih menekankan pada kemampuan hard skill yaitu berorientasi pada nilai mata pelajaran. Padahal di kehidupan sehari-hari diperlukan perpaduan antara soft skill dan hard skill. Bahkan tak jarang hard skill hanya dilirik ketika seleksi tahap awal saja pada saat melamar kerja, wawancara dan dunia kerja sangat membutuhkan kemampuan soft skill.
  •  
  • Tak sulit mencari berita tentang kekerasan yang dilakukan siswa kepada gurunya, anak yang berani menuntut orang tua nya sendiri karena kesalahan kecil, Banyak orang tua yang menghendaki anak yang memiliki rasa tanggung jawab, berkepribadian mandiri, berbudi pekerti baik serta memiliki sopan santun. Namun kenyataan anaknya tidak demikian, mereka masih harus diperintah untuk melaksanakan kewajibannya sendiri, tidak mandiri, belum peka dengan tanggung jawabnya. Terkadang sikap terhadap orang tua kurang sopan dan beradab. Padahal mereka secara usia biologisnya sudah dewasa namun usia psikologis, mental, sikap dan pola pikirnya masih seperti anak-anak.

  • Sebagian orang tua modern dalam rangka menyiapkan anaknya untuk mendapatkan pendidikan terbaik, biasanya orang tua akan memilih sekolah atau pesantren yang memiliki berbagai fasilitas sehingga anak-anak mereka bisa fokus pada pelajaran. Sehingga banyak sekolah menyediakan fasilitas laundry, agar anak-anak tidak perlu repot mencuci, menyetrika yang lumayan melelahkan dan memerlukan waktu lama. Ada fasilitas makan dan asupan gizi yang telah disiapkan oleh ahlinya sehingga anak-anak cukup sedikit mengantri untuk makan. Ada juga sekolah yang melengkapi dengan jasa cleaning service untuk terjaganya kebersihan lingkungan sekolah. Padahal dulu, kita tentu mengenal sistem piket. Piket menyapu kelas, halaman, bahkan menghapus tulisan di papan tulis. Sebagai siswa pun akhirnya belajar dengan menggerakkan tangan langsung. Sementara masa kini, banyak sekolah justru berlomba-lomba dalam pengadaan fasilitas. Di sisi lain fasilitas lengkap yang salah penggunaan justru membuat anak tidak terbiasa untuk bekerja, bergerak, dan menggunakan ototnya. Dampak buruknya ialah kelak anak-anak yang dimanja dengan fasilitas akan kesulitan dalam kehidupan nyata ketika sudah harus hidup terpisah dengan orang tua. Anak jadi bergantung pada orang tua dan tidak bisa mandiri.
  •  
  • Untuk mencetak anak-anak yang memiliki karakter tanggung jawab, jujur, mandiri, sopan santun dan beradab tersebut diperlukan pola pendidikan yang tepat, yang tidak hanya berorientasi pada nilai mata pelajaran atau akademik semata. Melainkan Pendidikan yang berorientasi pada Pembentukan Kemampuan Soft Skill Interpersonal & Intrapersonal, Ketajaman Spiritual dan Kepekaan Emosional. Pesantren Wira Usaha Nurul Islam merupakan lembaga yang memadukan nilai konseptual, spiritual, dan amal dalam setiap aktivitas pendidikannya.

HARTA AMUNISI PERJUANGAN FIILLAH

Buku Student Entreprise ini sebagai Panduan untuk Praktik Entrepreneurship bagi para santri

Dalam konsep sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UURI tentang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003)

Sistem pendidikan di Pesantren Wirausaha Nurul Islam ini menekankan pentingnya memahami, mengamalkan, dan menghafalkan Al-Quran yang terintegrasi dengan life skill, khususnya leadership and entrepreneurship. Ilmu ini mengajarkan tentang mental dan strategi bisnis untuk mendapatkan keuntungan financial. Mengajarkan ketekunan, kerja keras, kesabaran, kejujuran, keberanian mengambil resiko – apapun yang terjadi pantang baginya untuk mundur apalagi menyerah. Layaknya seorang pendekar dalam memperjuangkan cita-citanya. Inilah substansi dari ilmu entrepreneursip, tidak pernah berhenti berinovasi untuk memperlebar-memperluas jaringan usahanya.

Karakter entrepreneur ini telah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Nabi telah mewariskan teori terbaik, entrepreneursip. Rasulullah SAW seorang entrepreneur sukses. Pakar Ekonomi Syariah Dr. Muhammad Syafii Antonio menuturkan, Rasul memiliki bisnis yang besar, jauh melintasi berbagai wilayah dan negara. Rasul memberikan keteladanan agar ummatnya kaya dan bahagia.

Bagi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, harta akan menjadi sarana mengapai kebahagiaan dan ridho Allah. Harta itulah yang akan menjadi penolong dari panasnya api neraka. Harta itulah yang menjadi penyelamat dari kerasnya azab Allah SWT. Dan, dengan harta itulah ia akan dimudahkan berjumpa dengan Allah SWT. Bagi orang sholih, harta akan ia pergunakan untuk kebaikan, ia akan bergegas membelanjakannya di jalan Allah SWT. Semakin banyak harta yang didapatkan, ia akan semakin mudah mendapatkan jalan kemudahan dan kebahagian. Mari kita simak Al Quran Surat Al-Lail ayat 6-7 Maka barang siapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan (adanya pahala) terbaik maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan dan kebahagiaan. Sekali lagi, harta merupakan satu diantara sarana menggapai kebahagiaan.

Menjadi seorang dengan karakter seperti ini sudah ditekuni oleh banyak orang, baik pada jaman dahulu maupun pada saat ini. Abdurahman Bin Auf adalah satu diantara contoh sukses yang menekuni bidang ini. Sukses menjadi seorang wirausahawan. Beliau menjadi kebanggaan Baginda Rasul dan termasuk satu diantara sahabat yang dijamin masuk surga. Sahabat Abdurahman Bin Auf sukses dengan keimanan, harta dan kekayaannya.

Inilah kecerdasan yang harus hadir pada generasi muda muslim saat ini. Generasi Tahfidz Preneur – Quran Preneur. Al Quran menjadi kepribadian dalam berbisnis. Al Quran menjadi sahabat dalam berikhtiar. Ibadah menjadi kegemaran dalam kesehariannya. Hidup semakin berkah dan keluarga tetap sakinah. Inilah sumber kebahagiaan dan keberkahan. Kelak mereka akan bersama dengan orang-orang sholih, para syuhada, nabi dan rasul. Hanya untuk mereka, entrepreneur yang senang dengan Al Quran, bukan untuk yang lain.

Insya Allah kompetensi Tahfidz Preneur ini dapat memenuhi kerinduan umat, mewujudkan genarasi muslim penghapal Al Quran, entrepreneur, sholih, tidak merokok dan gemar beribadah. Hatinya senantiasa terpaut dengan masjid, persahabatannya tidak sebatas pada kepentingan bisnis, namun karena kecintaannya kepada Allah SWT.

PENDIDIKAN KESETARAAN SLTA

Fasli Jalal (2001: 199) menjelaskan, pendidikan kesetaraan menyelenggarakan pendidikan nonformal sebagai upaya pemecahan masalah yang terkait dengan masalah putus sekolah maupun masalah pengangguran. Pendidikan kesetaraan merupakan alternatif yang dapat dipilih dan dijadikan ajang pemberdayaan masyarakat. Hasil penelitian Akbar (2007) di Kabupaten Garut, pendidikan kesetaraan menunjukkan kemampuan manajerial, persepsi pemberdayaan, berpengaruh secara langsung terhadap mutu layanan, dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap produktivitas lulusan. Pemberdayaan (empowerment) merupakan pendekatan aktif dan kritis di dalam melaksanakan suatu profesi. Makna pemberdayaan berkaitan dengan upaya pengembangan diri, yakni pengendalian internal dan praktik pemecahan masalah secara bebas. (Kindervatter, 1979). Kilik untuk lanjut baca …