Empowering Human Resources

Empowering Human Resources (Pulpenmas Institute Models)
Empowering Human Resources (Pulpenmas Institute Models)

Insya Allah kita mengenal orang – orang hebat seperti sahabat Abu Bakar As-Sidiq, Umar Bin Khathab, Utsman Bin Afwan, Ali Bin Abi Thalib, Khalid Bin Walid, Abdurraman Bin Auf, Muhammad Al-Fatif, dan Shalahuddin Al-Ayubi.

Insya Allah kita juga mengenal para ilmuwan hebat seperti Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (872-950) disingkat Al-Farabi adalah ilmuwan dan filsuf, Al Battani (sekitar 858-929) juga dikenal sebagai Albatenius adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan, Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, lahir tahun 1126 di Marrakesh Maroko, wafat tanggal 10 Desember 1198) juga dikenal sebagai Averroes, adalah seorang filsuf, kedokteran dan fikih; Muhammad bin Mūsā al-Khawārizmī adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi; dan lain-lain.

Why ? Mereka telah dianugerahi Allah kehebatan yang luar biasa. Syahadat telah menjadi engine hati, akal, dan anggota badannya. Azamnya, berfikirnya, dan amal geraknya begitu revolosioner.

How ? Bagaimana kita dapat melakukan pemberdayaan anugerah Allah yang berupa tiga unsur utama yaitu hati, akal dan jasad agar dapat dieksplor dan dikembangkan menjadi kompetensi dan life skill yang duahsyat ?.

1. Hati
Rasulullah mengatakan bahwa di dalam jasad ada segumpal daging. Bila daging itu baik, baiklah seluruh jasad. Namun bila daging itu rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Segumpal daging yang dimaksud disini adalah hati, yang merupakan unsur rohani. Yang merasa haru, bahagia, suka, duka, pedih dan emosi lainnya. Hati yang berbolak-balik di antara berbagai perasaan itu. Dalam konteks kekhalifahan, di dalam hatilah tersimpan potensi besar untuk berniat, bertekad, atau berazam.

Empowering Human Resources yang efektif dan bermutu adalah proses yang dapat mengeksplor dan mengembangkan potensi hati agar dapat membaja menjadi azam dan tekad yang kuat untuk menunaikan kebajikan dan kebenaran. Azam dan tekad yang kuat akan mampu menanggung beban kehidupan, merubah masalah atau kesulitan kehidupan menjadi kejayaan dan kesuksesan. Azam dan tekad yang membaja, secara revolusioner dan visioner dia akan kuat menahan beban target yang besar. Baginya bersama kesulitan ada kemudahan, dengan ketangguhan azam yang extra ordinary membuat hal yang mustahil menjadi niscaya. Begitulah ketika azam telah membaja, dia akan mampu membentuk besi yang keras itu menjadi lebih berarti dan bernilai sangat tinggi.

2. Akal
Imam al-Ghazali memasukkan akal sebagai bagian dari hati, sehingga beliau memasukkan tafakkur [kerja akal] dalam bab dzikr [yang merupakan kerja hati]. Allah berfirman bahwa pemahaman merupakan pekerjaan hati.

“Mereka mempunyai hati, namun tidak dipergunakan untuk memahami [ayat-ayat Allah].” (al-A’raaf: 179)

Akal termasuk karunia Allah yang terbesar bagi manusia karena dengan akal inilah kemudian ia menjadi makhluk yang paling istimewa. Empowering Human Resources yang efektif dan bermutu dapat mengeksplor dan mengembangkan potensi akal itu sehingga dapat memahami berbagai hal yang Allah ajarkan kepadanya baik qauliyah maupun kauniyah. Dalam konteks kekhalifahan, empowering human resources yang efektif dan bermutu mampu mengembangkan fungsi akal agar dapat memberi manfaat besar kepada manusia dalam bidang ilmu pengetahuan hingga ia dapat melakukan pengembangan dan inovasi dalam bidangnya secara kreatif. Kemampuan membaca dan analisa datanya sangat luar biasa. Berfikirnya sistematik dan terukur. Dia insya Allah akan dapat melakukan terobosan-terobosan besar, sangat futuristik.

3. Jasad
Berikutnya bagian terpenting bagi manusia adalah melatih dan membiasakan jasad atau anggota badan sebagai pelaksana dari apa yang telah ditekadkan atau diazamkan oleh hati dan direncanakan oleh akal. Tanpa pengamalan anggota badan (jasad), tekad dan pengetahuan hanya akan menjadi impian dan teori yang kosong.

Anggota badan kita harus dilatih, dibiasakan, dibudayakan untuk melakukan atau mengeksekusi program-program besar, program-program yang dapat melipat-gandakan nilai tambah. Program-program yang tersistem dan terukur, sehingga insya Allah hasilnya akan eksponensial.

Hati, akal dan anggota badan (jasad) adalah anugerah Allah yang harus disyukuri dengan sebenar-benarnya, untuk menunaikan amanah yang langit, bumi, dan gunung tak sanggup mengembannya. Amanah itu tidak lain adalah ibadah dan khilafah (kepemimpinan).

Begitulah sistem Empowering Human Resources yang efektif dan bermutu, insya Allah akan dapat mengembangkan potensi fitrah sumber daya amanusia dalam menjemput kejayaan dan kesuksesan hidup di dunia dan di akhirat. Fii dunya hasanah wa fiil akhirati hasanah.

Jadi Empowering Human Resources bukan sekedar persoalan angka raport, angka/nilai training atau workshop, bahkan sertifikat. Empowering Human Resources harus menjadi proses pemberdayaan sumber daya manusia agar siap menjawab tantangan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Wallahu’alam bi Shawwab.