Pandemi Covid-19 memberi dampak yang luar biasa terhadap berbagai sektor kehidupan. Baik sektor ekonomi, sosial, budaya, maupun pendidikan. Pada bulan Agustus 2020 kemarin, laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen. Sebelumnya, pada kuartal I 2020, BPS melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh sebesar 2,97 persen, turun jauh dari pertumbuhan sebesar 5,02 persen pada periode yang sama 2019 lalu.
Pada tanggal 7 April 2020 Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menyampaikan data bahawa tercatat sebanyak 39.977 perusahaan di sektor formal yang memilih merumahkan, dan melakukan PHK terhadap pekerjanya. Total ada 1.010.579 orang pekerja yang terkena dampak ini. Rinciannya, 873.090 pekerja dari 17.224 perusahaan dirumahkan, sedangkan 137.489 pekerja di-PHK dari 22.753 perusahaan. Sementara itu, jumlah perusahaan dan tenaga kerja terdampak di sektor informal adalah sebanyak 34.453 perusahaan dan 189.452 orang pekerja (Kompas.com). Nah siapa bilang menjadi karyawan enak, tidak berisiko gaes ! Tuuuuh buktinya menjadi karyawan beresiko juga ternyata !
SMK merupakan jenjang pendidikan menengah yang masuk dalam kelompok vokasi atau kejuruan. Peserta didik yang belajar di SMK disiapkan untuk memiliki ketrampilan kerja yang mumpuni. Nah…, ironinya menurut catatan lokadata.id justru lulusan SMK yang seharusnya menyumbangkan tenaga kerja terampil siap pakai justru malah menjadi penyumbang angka pengangguran terbuka terbesar pada 2018, yaitu sebesar 11,24 persen. Sementara untuk lulusan jenjang SMA menyumbangkan angka pengangguran terbuka sebesar 7,95% dan SMP sebesar 4,80%. Makanya gaes masuk Pesantren Wirausaha Nurul Islam saja, selain tetap dapat sekolah juga belajar praktik berbisnis sambil nyantri. Kerenkan gaes !
Angka tersebut selalu bertambah dengan para lulusan baru pada setiap tahunnya. Setiap ada Job Fair diberbagai kota mereka berjubel panjang untuk berburu lowongan pekerjaan, sehingga menjadi pemandangan yang aneh. Bayangkan saja besarnya jumlah lulusan baru plus lulusan tahun sebelumnya yang juga belum tertampung di dunia kerja yang berasal dari berbagai sekolah dan universitas yang ada di kota. Itu masih ditambah dari berbagai kota yang ada di sekitarnya, tumplek blek hadir pada acara Job Fair itu.. Betapa sulitnya para anak bangsa mencari kerja dan harus rela menjadi seperti orang yang tidak diberi kehormatan sebagai seorang yang berpendidikan. Dengan mengantri dalam barisan, saling desak-desakan dan harus bergerak kesana-kemari menemukan lowongan kerja yang sesuai dengan harapannya, pendidikannya dan kemampuannya. Sungguh mengenaskan gaes!
Ayo guys gabung dan temukan passionmu di sini ! Belajar bersama melakukan start up bisnis di Pesantren Wirausaha Nurul Islam. Disini kita akan belajar bersama para praktisi, mentor, konsultan dan busines coach. Insya Allah kita bisa !
Why ?. We are not to be outsourching worker !
Kagak perlu ikut antri mencari pekerjaan atau menjadi pekerja outsourching gaes. Dengan menjadi pebisnis kita akan ikut berkontribusi memberi solusi masalah pengangguran dan membangun peradaban.