AKU ADALAH KEBIASAAN

Aku adalah teman tetapmu. Aku adalah penolongmu yang terbesar atau bebanmu yang terberat. Aku akan mendorongmu maju atau menyeretmu menuju kegagalan. Aku sepenuhnya tunduk kepada perintahmu. Sebagian hal yang kau lakukan mungkin sebaiknya kamu serahkan saja kepadaku, maka aku akan dapat melakukannya dengan cepat dan tepat.

Aku mudah diatur, kamu tinggal tegas terhadapku. Tunjukkan kepadaku, bagaimana persisnya kamu ingin sesuatu itu dilaksanakan dan setelah beberapa kali belajar aku akan melakukannya dengan otomatis. Aku adalah hamba dari semua insan besar, dan sayangnya, juga hamba dari semua pecundang. Mereka yang besar, telah kujadikan besar. Mereka yang gagal, telah kujadikan pecundang.

Aku bukan mesin, walaupun aku bekerja dengan ketepatan seperti mesin ditambah inteljensi manusia. Kamu bisa menjalankan aku demi kebaikan atau demi kehancuran, tak ada bedanya bagiku.

Ambillah aku, latihlah aku, tegaslah terhadapku, maka aku akan meletakkan dunia di kakimu.  Kendorlah terhadapku, maka aku akan menghancurkanmu. Siapakah aku ?

Berikut ini beberapa kebiasaan sehari-hari yang sering dilakukan oleh mereka semua yang sukses dan memiliki kekayaan banyak. 

1. Bangun lebih awal
Tidur lebih awal bangunpun lebih awal. Why ? Rasulullah mengajarkan kepada kita jika setelah menunaikan shalat Isya’ tidak ada urasan penting yang harus dikerjakan, sebaiknya segera istirahat tidur. Dengan berangkat istirahat tidur lebih awal, maka peluang untuk bangun tidur di tengah malam mengerjakan shalat tahajud (shalat Lail) sangat besar.  Shalat lail merupakan kebiasaan para Nabi, Sahabat, Ulama, dan orang-orang hebat lainnya. Satu paket setelah shalat lail kemudian dilanjutkan tilawah Al-Quran, berdzikir, dan istighfar. Selanjutnya pergi shalat berjamaah subuh ke Masjid atau Mushala.
 
2. Shalat berjamaah di Masjid atau Mushala
Bermunajat untuk membuktikan iman dan takutnya kepada Allah serta kebutuhan yang sangat akan hidayah Allah dalam hidupnya ditunjukkan dengan ikhtiar yang sangat serius untuk dapat melaksanakan shalat fardlu berjamaah di Masjid atau Mushala. Disamping itu nilai derajatnya jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan shalat sendirian di rumah.
 
3. Mengerjakan sunnah setelah yang fardlu
Pembuktian kesungguhan permohonan fii dunya hasanah wa fii akhirati hasanah ditunjukkan melalui seriusnya mengerjakan perintah wajib maupun sunnah. Mulai dari shalat tahajud/shalat lail, shalat rawatib, shalat dhuha, puasa dihari Senin dan Kamis, puasa ayamul baidh (3 hari di tengah bulan qomariah), dan lain-lainnya.
 
4. Membaca
Bacaan yang utama dan pertama sebelum yang lain adalah Al-Quran. Al-Quran adalah kalamullah sebagai petunjuk bagaimana mestinya menjalani hidup, sumber inspirasi, sumber energi, dan sumber solusi. Membaca Al-Quran secara kritis dan analisis akan menguatan visi hidup.
 
5. Berolahraga
Kebugaran tubuh biasa dijaga dengan menghabiskan sekitar 30 menit sehari untuk melakukan beberapa jenis olahraga. Sebagian besar waktu mereka melakukan orahraga meliputi berlari, berjalan, atau mengendarai sepeda sehingga tubuh dapat terpelihara dengan baik dan sehat.
 
6. Menabung untuk berinvestasi
Al-Quran mengajarkan kepada kita supaya tidak boros dan tidak pelit. Mereka yang sukses tahu bagaimana cara mereka harus menyimpan uang, entah itu menabung atau berinvestasi maupun berdonasi. Mereka selalu tahu berapa banyak uang yang mereka miliki dan melacak pengeluaran mereka. Mereka juga tahu berapa banyak yang mereka hasilkan, dan bisa membedakan mana kebutuhan mana keinginan.
 
7. Disiplin
Membuat perencanaan sukses, memulai pekerjaan dari tujuan akhir dan mendahulukan yang utama secara proaktif adalah awal dari perilaku disiplin. Karena hidupnya begitu terstruktur, tersistem dan terukur, dia tahu mana jenis kegiatan yang sia-sia yang mesti ditinggalkan.
 
8. Fokus
Dia sadar betul bahwa dia tidak akan dapat menjadi hebat luar biasa dalam semua bidang kehidupan. Oleh karena itu, dia pilih aktivitas yang hanya sesuai dengan passionnya, kemudian dia berlatih secara serius dalam bidang itu sampai 10.000 jam untuk dapat menjadi ahli.
 
9. Mendahulukan Kewajiban kepada Allah dan Rasul
Baginya Allah dan Rasul adalah segala-galanya. Why? Dia telah berikrar, dia telah berjanji, dan dia telah bersumpah melalui syahadatnya. Dia berusaha dengan sangat serius untuk membuktikan ikrarnya, janjinya, dan sumpahnya. 

Pada awalnya engkau membangun kebiasaan selanjutnya kebiasaan itu akan membangun karakter suksesmu. Insya Allah

 

Sumber:

Sean Covey, The 7 Habits of Highly Effective Teens, Bina Aksara, Jakarta 2001:13

 

 

URGENSI SOFT SKILL


  • Hasil penelitian Cahyadi Lie dan Darmasetiawan (2017) menunjukkan bahwa soft skill berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan kerja menghadapi MEA dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,870, t-hitung sebesar 12,837 dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,668 yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara soft skill (X) terhadap kesiapan kerja mahasiswa dalam menghadapi MEA. Sementara itu, nilai koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0,446 atau 44,6% yang berarti bahwa variabel soft skill mampu memberikan kontribusi atas perubahan yang terjadi pada variabel kesiapan kerja menghadapi MEA (Y) sebesar 44,6%. Sedangkan sisanya sebesar 55,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini. Sebuah penelitian yang lain menjelaskan bahwa 80% faktor kesuksesan seseorang dipengaruhi oleh soft skill.
  •  
  • Kemampuan dalam soft skill ini meliputi kemampuan di bidang intrapersonal meliputi percaya diri, kesadaran emosi, kemampuan menilai diri, dan proaktif. Sedangkan kemampuan interpersonal meliputi mampu menerima keragaman, berjiwa pemimpin, berkomunikasi efektif, dan kemampuan membangun sinergi. Kemampuan-kemampuan ini porsinya kurang sekali diberikan, dipelajari, dan diasah oleh anak-anak kita di sekolah konvesional. Karena kebanyakan lembaga pendidikan saat ini lebih menekankan pada kemampuan hard skill yaitu berorientasi pada nilai mata pelajaran. Padahal di kehidupan sehari-hari diperlukan perpaduan antara soft skill dan hard skill. Bahkan tak jarang hard skill hanya dilirik ketika seleksi tahap awal saja pada saat melamar kerja, wawancara dan dunia kerja sangat membutuhkan kemampuan soft skill.
  •  
  • Tak sulit mencari berita tentang kekerasan yang dilakukan siswa kepada gurunya, anak yang berani menuntut orang tua nya sendiri karena kesalahan kecil, Banyak orang tua yang menghendaki anak yang memiliki rasa tanggung jawab, berkepribadian mandiri, berbudi pekerti baik serta memiliki sopan santun. Namun kenyataan anaknya tidak demikian, mereka masih harus diperintah untuk melaksanakan kewajibannya sendiri, tidak mandiri, belum peka dengan tanggung jawabnya. Terkadang sikap terhadap orang tua kurang sopan dan beradab. Padahal mereka secara usia biologisnya sudah dewasa namun usia psikologis, mental, sikap dan pola pikirnya masih seperti anak-anak.

  • Sebagian orang tua modern dalam rangka menyiapkan anaknya untuk mendapatkan pendidikan terbaik, biasanya orang tua akan memilih sekolah atau pesantren yang memiliki berbagai fasilitas sehingga anak-anak mereka bisa fokus pada pelajaran. Sehingga banyak sekolah menyediakan fasilitas laundry, agar anak-anak tidak perlu repot mencuci, menyetrika yang lumayan melelahkan dan memerlukan waktu lama. Ada fasilitas makan dan asupan gizi yang telah disiapkan oleh ahlinya sehingga anak-anak cukup sedikit mengantri untuk makan. Ada juga sekolah yang melengkapi dengan jasa cleaning service untuk terjaganya kebersihan lingkungan sekolah. Padahal dulu, kita tentu mengenal sistem piket. Piket menyapu kelas, halaman, bahkan menghapus tulisan di papan tulis. Sebagai siswa pun akhirnya belajar dengan menggerakkan tangan langsung. Sementara masa kini, banyak sekolah justru berlomba-lomba dalam pengadaan fasilitas. Di sisi lain fasilitas lengkap yang salah penggunaan justru membuat anak tidak terbiasa untuk bekerja, bergerak, dan menggunakan ototnya. Dampak buruknya ialah kelak anak-anak yang dimanja dengan fasilitas akan kesulitan dalam kehidupan nyata ketika sudah harus hidup terpisah dengan orang tua. Anak jadi bergantung pada orang tua dan tidak bisa mandiri.
  •  
  • Untuk mencetak anak-anak yang memiliki karakter tanggung jawab, jujur, mandiri, sopan santun dan beradab tersebut diperlukan pola pendidikan yang tepat, yang tidak hanya berorientasi pada nilai mata pelajaran atau akademik semata. Melainkan Pendidikan yang berorientasi pada Pembentukan Kemampuan Soft Skill Interpersonal & Intrapersonal, Ketajaman Spiritual dan Kepekaan Emosional. Pesantren Wira Usaha Nurul Islam merupakan lembaga yang memadukan nilai konseptual, spiritual, dan amal dalam setiap aktivitas pendidikannya.

TRANSFORMASI MENJADI JURAGAN

Ayo guys gabung dan temukan passionmu di sini !
Belajar bersama melakukan start up bisnis. Di SMPIT – SMAIT ENTREPRENEUR ini kita dapat mengasah kecerdasan adversitas kita, terutama bagaimana merubah peluang menjadi uang.
YOUNGPRENEUR ADVENTURE melalui sarana pendidikan . 
Belajar bersama para praktisi, mentor, konsultan dan business coach. Insya Allah kita bisa !

Why ?
Kagak perlu antri mencari pekerjaan
We are not to be outsourching worker

How ?
Perlu berlatih secara profesional dan bertahap selama 10.000 jam untuk sukses menjadi Business Owner atau Juragan.

Malcolm Gladwell dalam bukunya “Outliers”, menegaskan bahwa kesuksesan adalah rangkaian dari latihan dan praktek berkepanjangan, tiada henti dan tiada jenuh. Sukses praktek 10.000 jam akan menjadikan Anda seorang ahli dalam bidangnya, Mastery in a Field. Praktek 10.000 jam adalah penelitian dari Malcolm Gladwell terhadap orang-orang yang sukses dan sangat sukses dalam kehidupan mereka.

Dari pemikiran ini, akan banyak pelajaran yang dapat Anda telaah demi karir dan prestasi dalam kehidupan yang lebih cemerlang dan sukses belajar menjadi Juragan atau Business Owner.
Kagak perlu ikut antri mencari pekerjaan atau menjadi pekerja outsourching. Dengan menjadi business owner atau Juragan kita akan ikut berkontribusi memberi solusi masalah pengangguran.

MITOS-MITOS MEMULAI BISNIS

1. Bisnis itu sangat beresiko

Ini mitos pertama yang salah. Karena sesungguhnya semua jenis pekerjaan itu memiliki resikonya masing-masing. Pandemi covid-19 yang dibarengi resesi ekonomi ini memberi pelajaran yang sangat baik bagi kita. Betapa tidak, musim pandemi covid-19 dan krisis ekonomi ini banyak perusahaan terancam bangkrut, sehingga menjadi karyawan itu juga beresiko sangat tinggi untuk dirumahkan bahkan diberhentikan atau di-PHK.   Akibat PHK ini, banyak mantan karyawan dari perusahaan yang mapan terpaksa berubah karena harus banting setir, mereka ada yang berubah menjadi tukang ojek, jualan telor, jualan sembako, jualan krupuk, jualan kacang dan lain-lain.

Naaahhh… bagi para pebisnis justru resiko ini sudah dianalisis dari sejak awal saat membuat desain rencana kerja, sehingga mereka lebih siap dengan membuat berbagai alternatif prediksi PLAN A, PLAN B, dan seterusnya. Sementara para karyawan biasanya tidak melakukan analisis resiko sehingga tidak membuat prediksi atau proyeksi PLAN A, PLAN B, dst. Akhirnya begitu terjadi PHK baru berfikir bagaimana dan bagaimana.

Jadi beresiko atau tidak suatu profesi tergantung bagaimana mainset kita dan bagaimana menjalaninya. Pada prinsipnya profesi apapun mempunyai resikonya masing-masing. Bisnis akan beresiko tinggi jika kita tidak belajar ilmu tentang bisnis. Jika kita meningkatkan skill berbisnis dan  skill manajemen resiko, insya Allah resiko berbisnis pun dapat diantisipasi bahkan dapat diturunkan. Dan dengan bertambahnya jam terbang maka kita akan makin ahli mengelola resiko.

2. Sebelum memulai bisnis harus punya Business Plan yang bagus.

Ini mitos kedua yang salah. Karena tantangan pertama dalam berbisnis itu bagaimana memulai action atau just do it untuk melawan rasa ketakutan atau malu menjadi pebisnis. Bisnis itu bukan masalah apa yang akan dikerjakan, tetapi masalah bagaimana mengerjakannya. Bisnis berskala kecil jika dikelola secara benar dan cerdas sambil bertawakal kepada Allah, insya Allah bisnis itu akan tumbuh dan berkembang menjadi besar melampaui ekspektasi pebisnisnya. Jadi tidak perlu membuat business plan? Business plan itu sangat perlu. Why ? Pebisnis yang tidak membuat business plan itu sama dengan merencakan kegagalan. 

Membuat Business Plan hanya merupakan langkah awal memahami struktur utama dari bisnis. Berikutnya yang terpenting adalah bagaimana action-nya. Business Plan yang sempurna dan disiplin eksekusi atau action merupakan bagian yang penting dari iktiar kita. Ikhtiar tersebut harus disempurnakan dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah melalui taqarub dan bermujahadah kepada Allah. Insya Allah ikhtiar yang demikian akan memperbesar peluang untuk sukses dalam berbisnis.

3. Kita harus punya modal besar untuk memulai bisnis.

Yeeeessss perlu dipahami bahwa modal berbisnis tidak harus uang. Modal utama dalam berbisnis setelah mindset itu adalah kemampuan membaca kebutuhan pasar yang kemudian memunculkan ide bisnis sebagai solusi jawaban permasalahan pasar atau masyarakat. Bisnis dengan modal yang besar namun tidak menjadi kebutuhan atau menjawab masalah pasar atau masyarakat, maka bisnis itu tidak akan tumbuh dan berkembang. Lalu bagaimana jika kita sudah mempunyai ide bisnis yang menjawab masalah dan kebutuhan pasar atau masyarakat tetapi tidak mempunyai modal uang ? Alternatif jawabannya kita dapat berkolaborasi dengan investor (pemilik modal) dengan model atau konsep bisnis sistem bagi hasil, menjadi reseller dahulu, preorder (menawarkan produk yang dipesan dengan uang muka dulu, kemudian dari uang muka itu dapat digunakan untuk biaya produksi ) atau dengan mencari dana hibah. Naaaaahhhh terjawab sudah bahwah memulai bisnis tidak harus mempunyai modal uang yang cukup dahulu baru dapat berbisnis. Kita harus mempunyai modal besar untuk memulai bisnis itu adalah mitos.

4. Memulai bisnis harus pintar dan punya banyak pengalaman

Seperti dalam beragama, siapa teman dekat kita akan mempengaruhi kualitas kita dalam beragama. Begitu juga dalam berbisnis realitanya betapa banyak sarjana ekonomi dan bisnis ternyata tidak berani berbisnis. Mereka sudah mempunyai ilmunya, sudah pernah praktek kerja lapangan bahkan sudah pernah magang. Naaaaahhhh, pada era informasi dan keterbukaan ini, pinter dan pengalaman saja ternyata tidak cukup. Dengan siapa kita berteman, bagaimana kita mengembangkan networking dan milikilah mentor. Bertemanlah dengan orang-orang sukses dan belajarlah kepada mereka yang telah sukses, lakukan Adaptasi, Tiru dan Mengembangkannya sampai berhasil. 

Kabar baiknya adalah pada era industri 4.0 ini kita mudah untuk membangun networking tanpa batasan lokasi dan waktu. Manfaatkanlah media sosial yang ada sekarang dengan maksimal dan optimal bergabung dengan asosiasi bisnis, komunitas bisnis, ikuti webinar bisnis, group bisnis, dan lain-lain.

5. Menjadi pebisnis sukses itu karena faktor keturunan.

Pebisnis sukses tidak ditentukan oleh faktor keturunan atau hereditas. Karena semua anak terlahir dalam kondisi fitrah maka treatment pendidikan apa yang diberikan oleh lingkungannya itu akan membentuk pengetahuan, perilaku akhlaq dan skillnya, begitu Rasulullah mengajarkan kepada kita. Mengawali hidup dengan kalimat tauhid, mengajarkan shalat sejak usia 7 tahun adalah bukti pelajaran spiritual bahwa kebaikan, keshalihan, dan kesuksesan itu dapat dilatih melalui proses pembiasaan. Stephen R. Covey (1997) juga mengajarkan bahwa kesuksesan itu dapat diraih melalui proses pengembangan kebiasaan yang efektif. Sean Covey (2001) menyampaikan betapa bahwa kebiasaan seseorang  itu dapat membuatnya menjadi sukses atau gagal. Malcolm Gladwell (2009) juga menjelaskan bahwa kesuksesan atau keahlian itu dapat dilatih secara terstruktur, tersistem, dan terukur sampai 10.000 jam.

Naaaahhhh, jika anda lahir dalam keluarga pebisnis bersykurlah anda dapat belajar dari di lingkungan keluarga anda yang pebisnis. Teruslah mengembangkan mindset bisnis anda, kembangkan value bisnis anda, kembangkan attitude bisnis anda, kembangkan behavior bisnis anda, dan kembangkan habits bisnis anda. Habits inilah yang akan menjadi ujung tombak sukses bisnis anda. Bukan keturunan.

6. Pengusaha itu hanya termotivasi oleh uang dan pelit

Sebagai orang beriman kita memiliki mindset untuk berjuang menegakkan agama ini dengan harta dan jiwa. Mindset itu terinternalisasi menjadi nilai diri untuk ikut berkontribusi memberikan donasi mengembangkan motivasi meningkatkan kualitas diri sebagai manusia ROBBANI.

Dewi Kreckman (2020) dalam https://www.facebook.com/dewikreckman.usa menyampaikan bahwa survei di small business Amerika menujukkan: (1) 37% ingin mewujudkan cita cita melalui bisnis (misal bisa pensiun muda, menyenangkan ortu, dll), (2) 28% ingin stabilitas keuangan, (3) 12% ingin menyumbangkan sebagian keuntungan ke masyarakat dan membuat perubahan kebaikan di dunia, (4) 10% ingin melayani pelanggan dengan baik. 

Lebih lanjut Dewi Kreckman (2020) menyampaikan bahwa jika ada yang mengira pengusaha kaya karena pelit harus membaca ulang data donasi para pengusaha kaya Amerika di tahun 2018 (hanya dalam waktu setahun): (1) Jeff Bezos dan istri donasi $ 2 billion, (2) Michael Bloomberg donasi $ 767 million, (3) Pierre Omidyar donasi $ 392 million, (4) Paul Allen donasi $ 260 million, (5) Mark Zuckerberg donasi $ 213 million.

Yang penting bukan kaya atau miskin tapi bagaimana kita menggunakan kekayaan kita. Bayangkan jika lebih banyak pengusaha kaya berdonasi jutaan dolar di Indonesia berapa banyak anak yatim, janda tua, hewan liar, dll yang bisa tersantuni?

Kaya bukan berarti cinta dunia dan tidak sedekah, miskin bukan berarti zuhud dan banyak sedekah. Betul apa betul bingits?

7. Menjadi pengusaha butuh ide baru yang brilliant

Menurut Dewi Kreckman (2020) mitos itu salah. Banyak orang takut memulai usaha karena berpikir bahwa idenya tidak istimewa. Padahal banyak pebisnis sukses dari meniru ide orang lain yang kemudian DIPERBAIKI secara berkesinambungan. Jadi BUKAN tiru plek yahhhhhhh!!!!

Contoh nyata adalah Facebook meniru Friendster tapi bisa jauh lebih sukses. Southwest Airlines bukan penerbangan pertama di dunia tapi salah satu paling sukses dan tertinggi profitnya di dunia bahkan mengalahkan Singapore Airlines.

8. Pengusaha butuh sekolah bisnis

Tidak semua pebisnis tuntas pendidikan formalnya. Karena memang pebisnis tidak membutuhkan gelar tapi membutuhkan ilmu. Jika anda tidak sempat sekolah bisnis maka perdalam ilmu bisnis dengan cara lainnya. Seperti halnya masuk Pesantren Wira Usaha Nurul Islam ini, anda akan diajak belajar berbisnis secara praktis dengan dibina oleh mentor bisnis. Jadi anda langsung diajak pratik, LEARNING BY DOING. Disamping itu anda juga dapat belajar dari : membaca buku, mengikuti seminar, pelatihan atau woekshop bisnis, cari mentor, dll.

Dewi Kreckman (2020) juga menyampaikan bahwa banyak juga pebisnis yang memiliki latar belakang berbeda antara pendidikan formal yang ditekuni dengan bisnisnya. Misal Bill Gates drop out dari Harvard tapi dia selalu konsisten membaca buku minimal 1 buah/Minggu. Malah temannya kuliah dulu yaitu Steve Ballmer yang lanjut kuliah di Harvard dan lulus Summa cumlaude menjadi karyawannya dengan posisi CEO.

Gelar/ijasah/sekolah formal tidak penting tapi terus belajar adalah WAJIB hukumnya begitu kata Dewi Kreckman.

9. Memulai bisnis sebaiknya usia muda

Mitos itu telah dibantah oleh Rasulullah SAW sejak 15 abad yang lalu. Belajar itu mulai dari ayunan sampai ke liang lahad. Begitu juga dalam hal berbisnis, anda dapat memulai kapan saja saat anda mau. Walaupun memulai apapun sebaiknya seawal mungkin bukan berarti yang senior tidak bisa sukses seperti yang muda.

Menurut Dewi Kreckman (2020) usia tidak bisa menjadi alasan untuk memulai berbisnis. Coba kita cek data berikut: (1) Jan Kaum founder WhatsApp memulai di usia 35 tahun, (2) Robert Noyce mendirikan Intel di usia 41 tahun, (3) Ray Croc memulai Mc. Donald’s usia 52 tahun, (4) John Pemberton memulai Coca Cola di usia 55 tahun, (5) Harland Sanders memulai KFC di usia 65 tahun.

Lebih lanjut Dewi Kreckman (2020) menjelaskan bahwa setiap orang memiliki waktunya sendiri-sendiri untuk sukses. Tidak perlu iri dengan sukses orang lain. Fokus membangun impian kita sendiri. “Kita tidak pernah terlalu muda untuk mulai bermimpi dan tidak pernah terlalu tua untuk memiliki impian baru”

10. Pebisnis tidak punya waktu untuk kehidupan pribadi

Mereka yang percaya dengan mitos itu mengira bisnis itu sangat menyita waktu hingga tidak punya waktu untuk keluarga. Padahal sebenarnya menjadi pebisnis kita memiliki dua hal yang tidak dimiliki karyawan yaitu: Flexibilitas dan kontrol. Walaupun di awal mendirikan usaha kita cenderung banyak lembur tapi begitu bisnis mulai stabil dan tersistem maka kita memiliki keleluasaan mengatur jadwal dan mendelegasikan.

Mau kerja pagi/siang/sore/malam mah suka suka kita. Mau kerja seminggu trus libur seminggu juga terserah. Yang penting pekerjaan sudah kita delegasikan dengan baik. Saat orang kerja weekdays kita bisa aja liburan.

Semoga tulisan ini bisa membantu menyemangati kalian yang ingin memulai bisnis ya. See you on top!

 

Sumber Inspirasi Tulisan ini:

https://www.facebook.com/dewikreckman.usa
Memulai bisnis pertama dengan modal awal 50 ribu rupiah, pendidikan D3 BHS Inggris, bukan dari keluarga pebisnis (ayah meninggal sejak bayi dan ibu tidak lulus SMP)

BISNIS YANG MEMBEBASKAN

Praktik Bisnis yang Membebaskan dari Adzab Allah yang Pedih

Bisnis macam apakah itu? Berikut bunyi tawaran Allah tentang bisnis (perniagaan) yang terdapat dalam surat Ash-Shaff, ayat 10-11:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنجِيكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan (bisnis) yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (QS 61:10-11)

Sesungguhnya Allah memiliki kuasa penuh atas semua yang dimilikinya, termasuk terhadap diri kita. Apakah Allah mau menghidupkan, mematikan, melapangkan rizki atau menyempitkannya, memberi nikmat atau mengazab. Allah menawarkan bisnis yang besar lagi tidak akan mengalami kerugian dan dapat menghantarkan untuk meraih tujuan dan melenyapkan semua halangan. Suatu bisnis yang lebih baik daripada bisnis yang sekedar profit dunia, bersusah payah untuknya dan menyibukkan diri hanya dengan bisnis  dunia semata. Jika kamu mengerjakan apa yang Kuperintahkan kepadamu dan apa yang telah Kutunjukkan kepadamu, niscaya Aku akan mengampuni semua kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke dalam surga-surga yang penuh dengan tempat-tempat tinggal yang baik-baik serta derajat-derajat yang tinggi. Tambahan ini merupakan kebaikan dunia yang disambung dengan nikmat di hari akhirat bagi orang-orang yang taat kepada Allah, Rasul-Nya, serta menolong Allah dan agama-Nya.

Yaitu bisnis yang diniatkan untuk di jalan Allah dan menolong agama-Nya, maka Allah menjamin menolongmu dan menjadikanmu menang dan sukses bisnismu. Seperti yang disebutkan dalam ayat melalui firman-Nya:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ}

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Muhammad: 7)

{وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ}

Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Al-Hajj: 40)

Berikut ini transaksi pinjam meminjam bermusyarakah yang Allah tawarkan:

إِن تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ

Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipatgandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.“ (QS 64:17).

Berapa banyak manusia yang berhasil membukukan laba? Lebih dari 1400 tahun yang lalu, Sang Pemilik Modal Yang Maha Kaya—sekaligus Sang Hakim Maha Adil—itu telah menyebarkan bocoran informasi bahwa hampir semua “mitra bisnisnya” gagal membukukan laba. Hasil auditing terhadap neraca keuangannya menunjukkan hasil bahwa bisnis mereka membukukan kerugian. Tapi ada juga yang membukukan keuntungan dalam berbisnis dengan Allah. Siapa mereka? Simak saja bocoran di bawah ini:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian (gagal membukukan laba dalam bertransaksi dengan Allah), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-‘Ashr [103]: 1-3).

Nah bisnis apapun yang kita kembangkan dan kelola harus menjadi sarana (wasilah) untuk berdizikir, bertasbih di waktu pagi maupun petang. Kesibukan bisnisnya tidak menjadi penghalang dalam berzikir kepada Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Sebagai entrepreneur, dia tetap istiqamah bahwa ridlo Allah adalah tujuan utamanya.

{فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ (36) رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالأبْصَارُ (37) لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (38) }

Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (QS 24:36-38)