SURVIVAL TO SCALING UP

Saat memulai sebuah business, memulainya karena alasan kebutuhan, bukan karena adanya peluang bisnis. Adayang karena ‘dirumahkan’ oleh perusahaan tempat bekerja, ada yang terpaksa usaha karena mencari pekerjaan tidak kunjung dipanggil atau diterima.Sehingga mau tidak mau harus membuat mata pencaharian sendiri. Di saat merintis besiness, saat itu fasenya adalah ‘survival’, maksudnya adalah bagaimana bisa bertahan hidup sebisa mungkin di tengah kondisi yang ada. Untuk itu, pelaku business melakukan apa saja asal bisa bertahan. Ibarat orang yang tercebur di sungai, ya harus bisa tetap mengapung tanpa peduli menggunakan gaya dan cara apapun agar tetap hidup dan tidak mati tenggelam begitu saja.

Begitu masuk ke fase ‘scaling up’, maka harus menata pola pikir agar tidak terpaku dalam fase survival terus menerus. Bedanya dalam fase scaling up, sebuah usaha/startup tidak hanya harus bertahan dan tetap hidup tetapi juga harus memiliki sebuah tujuan. Di sini, harus mulai menata business plan yang sudah ada. Belajarlah betul-betul bagaimana caranya untuk scale-up. Bila dianalogikan dengan orang yang berenang, kita tidak lagi asal menggerakkan tangan dan kaki agar tetap mengapung tetapi juga mulai belajar berbagai macam gaya berenang, seperti gaya bebas, gaya dada, dsb, lalu bagaimana membaca arus, menggunakan teknik pernapasan yang benar, mempelajari ritme, dan seterusnya agar bisa mencapai tujuan yang diinginkan.

Bagi sebuah perusahaan baru/ startup, scale-up sangatlah penting. Indonesia saat ini telah memiliki kurang lebih 55 juta pelaku usaha mikro kecil menengah dan 99% adalah pelaku usaha mikro. Dari banyak dari pelaku usaha mikro, ada yang tidak berkembang setelah bertahun-tahun menjalankan usahanya. Misalnya, usaha-usaha mikro setelah 10 tahun bahkan 20 tahun berjalan, usaha mereka masih tetap ada tetapi tidak berkembang. Masih tetap kecil seperti dulu. Mengapa ini bisa terjadi? Karena mereka hanya berkutat pada bagaimana bertahan saja. Mereka ‘terjebak’ dalam ‘fase survival’ selama ini dan tidak memiliki tujuan untuk membesarkan usaha (scale-up).

Tantangan terbesar yang harus dihadapi entrepreneur yang ingin usahanya lebih besar ialah bagaimana menata mindsetnya agar tidak terjebak dalam fase survival. Jadi sebagai entrepreneur, jangan hanya berjalan di tempat tetapi harus terus tumbuh. Karena itu perlu membesarkan usaha agar dampak positifnya pada masyarakat sekitar juga makin besar karena jika lebih besar, akan makin banyak tenaga kerja terserap.

Tantangan berikutnya yang harus ditaklukkan entrepreneur yang ingin scale-up ialah zona nyaman. Saat berpikir “Ya begini saja sudah cukup kok”, saat itulah entrepreneur terjebak dalam zona nyaman. Banyak yang berasumsi zona nyaman hanya dimiliki karyawan tetapi entrepreneur juga pada kenyataannya tidak luput darinya. Rasa aman dan nyaman yang merasa sudah merasa puas dengan apa yang ada. Banyak pelaku UMKM yang merasa sudah nyaman di pencapaian mereka saat ini. Mindset itulah yang harus diubah.

Tantangan terakhir ialah bagaimana entrepreneur tetap berinovasi. Scale-up itu mustahil dicapai tanpa adanya upaya inovasi yang nyata. Tanpa inovasi kita pasti akan tertinggal. Kita bisa saksikan perusahaan-perusahaan besar yang tergilas perkembangan teknologi. Karenanya, inovasi harus terus menjadi napas kemajuan bisnis dan meningkatkan daya saing bangsa.

Disarikan dari: http://www.ayopreneur.com