THE 9 QUOTIENT

THE 9 QUOTIENT, inilah 9 kecerdasan yang dieksplor di Nurul Islam

Menurut Gadner, kecerdasan manusia harus dinilai berdasarkan:

– Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi hidup

– Kemampuan menemukan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan atau dicari solusinya

– Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan memberikan penghargaan dalam budaya seseorang.

Menurut Howard Gardner, selama ini para pendidik telah melakukan kekeliruan karena menganggap tes kecerdasan atau tes IQ adalah satu-satunya ukuran yang paling dapat dijadikan patokan untuk mengukur kecerdasan seseorang.

Menurut Gardner kecerdasan manusia yang tak berbatas, yang diantaranya dapat dikelompokkan menjadi delapan kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik (bahasa), kecerdasan logika-matematika, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Belakangan Gardner menambahkan satu kecerdasan tambahan, yaitu kecerdasan spiritual.

Meskipun menimbulkan pro dan kontra di antara para ahli,  kami di NURIS SMART SCHOOL mengembangkan sebuah pemahaman baru untuk memberikan semangat dan harapan. Karena pada akhirnya tidak ada anak yang bodoh akibat nilai tes kecerdasan yang rendah. 9 kecerdasan ini justru membantu orang tua dan anak untuk mengenal kekuatan dan kekurangan anak. Dengan mengenal 9 kecerdasan tersebut lebih dini, kami berharap orang tua mengambil peran penting dalam memberikan stimulasi terutama dalam rangka menyeimbangkan bahkan melejitkan kehidupan anak.

Kami berpendapat bahwa kecerdasan spiritual itu akan membuat anak mampu mengembangkan diri secara utuh, menerapkan nilai-nilai positif dalam kehidupan, anak akan memiliki kemampuan menyelesaikan masalah kehidupan DENGAN BIMBINGAN WAHYU, anak akan memiliki survival atau daya juang yang pantang menyerah, dia akan memahami makna hidup dengan benar, dan bersifat adaptif terhadap perubahan lingkungan hidupnya.

Dengan kecerdasan spiritual akan membuat anak kita memiliki sikap hidup yang visioner, misioner, futuristik, mandiri, dan penuh dengan makna. Yang penting lagi kecerdasan spiritual itu dapat dikembangkan melalui proses pendidikan yang kondusif. Sistem pendidikan islam terpadu sangat tepat untuk menumbuhkan kecerdasan spiritual .

Kecerdasan spiritual (bahasa Inggris: spiritual quotient, disingkat SQ) adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. SQ merupakan fasilitas yang membantu seseorang untuk mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalannya itu. Ciri utama dari SQ ini ditunjukkan dengan kesadaran seseorang untuk menggunakan pengalamannya sebagai bentuk penerapan nilai dan makna.

Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi, mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal, mandiri, serta pada akhirnya membuat seseorang mengerti akan makna hidupnya.

Kecerdasan Spiritual membawa manusia hidup lebih baik dan bersemangat, serta memiliki hubungan yang dekat dengan Allah. Mereka yang memiliki Kecerdasan Spiritual, akan memiliki semangat hidup yang tinggi, dan tidak cepat putus asa serta mempunyai pandangan hidup (vision), serta mampu mengambil keputusan yang positif, tanpa merugikan orang lain, atau pihak lainnya, untuk masa depan.

Jadi, sebenarnya siapakah orang yang paling cerdas menurut Rasulullah SAW?. Ada kaum Anshar yang menanyakan hal serupa kepada Rasulullah.

Ibnu Majah meriwayatkan dalam hadits berderajat hasan. Hadits ini dari Ibnu Umar, bahwa ada seorang Anshar yang menghadap Rasulullah saat Ibnu Umar duduk bersama beliau.

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ

“Wahai Rasulullah, orang mukmin manakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya.” Orang itu bertanya lagi, “Mukmin manakah yang paling cerdas?” Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak baik persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah)

I Q bukan KECERDASAN tapi KECERMATAN (QS 3:190-191)

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍۢ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ﴿ە۱۹﴾ ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًۭا وَقُعُودًۭا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًۭا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

“Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari adzab neraka.” (QS 3:190-191)

Memikirkan secara cermat terciptanya siang dan malam serta silih bergantinya secara teratur, menghasilkan perhitungan waktu bagi kehidupan manusia. Semua itu menjadi tanda kebesaran Allah SWT bagi orang-orang yang berakal sehat. Selanjutnya mereka akan berkesimpulan bahwa tidak ada satu pun ciptaan Tuhan yang sia-sia, karena semua ciptaan-Nya adalah inspirasi bagi orang berakal.

Pada ayat 191 Allah SWT menjelaskan ciri khas orang yang berakal dan cermat, yaitu apabila memperhatikan dan mencermati sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan terinspirasi oleh tanda-tanda kebesaran Allah SWT di alam ini. Ia selalu ingat Allah SWT dalam segala keadaan, baik waktu berdiri, duduk, maupun berbaring. Setiap waktunya diisi untuk memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat dalam ciptaan-Nya yang menggambarkan kesempurnaan-Nya.

E Q bukan KECERDASAN tapi KEKUATAN

Berdasar hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ أنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَسَلَّم قَالَ (لَيْسَ الشَدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ) متفق عليه

Artinya : Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda “Bukanlah orang yang kuat yang menang dalam pergulatan akan tetapi orang yang kuat ialah yang mampu menahan hawa nafsunya saat marah” (Muttafaqun ‘Aleih)

Bahwasannya Rasulullah SAW telah bersabda : Bukanlah orang yang kuat yang menang dalam pergulatan (bukanlah orang yang kuat, orang yang hebat dalam bertikai ia menang, kalau bergulat ia menang) kalimat Asyur’ah yaitu orang yang bergulat ia banting lawannya sehingga menang, sehingga dikatakan oleh Rasul SAW bukanlah orang yang hebat yang kuat yang menang dalam pertarungan. Akan tetapi orang yang kuat, orang yang hebat itu adalah yang bisa meredam emosinya ketika marah.

Jadi yang pertama dalam hadits ini orang yang kuat bukanlah orang yang badannya besar, kekar sehingga kalau ia bergulat pasti menang, itu bukanlah orang hebat, kata Nabi SAW orang yang hebat ialah orang yang menang dalam menahan hawa nafsunya ketika marah.

 

*dari berbagai sumber