URGENSI KECERDASAN SPIRITUAL

Kecerdasan intelektual (bahasa Inggris: intelligence quotient, disingkat IQ) adalah sejumlah kemampuan, termasuk menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif seseorang. Kecerdasan biasa diukur dengan menggunakan alat psikometri yang disebut tes IQ. Ada juga pendapat bahwa IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologis.

Menurut L.L. Thurstone kecerdasan dapat dibagi dua yaitu kecerdasan umum biasa disebut sebagai faktor-g maupun kecerdasan spesifik. Akan tetapi pada dasarnya kecerdasan dapat dipilah-pilah. Spesifikasi kecerdasan menurut L.L. Thurstone meliputi pemahaman dan kemampuan verbal, angka dan hitungan, kemampuan visual, daya ingat, penalaran, serta pecepatan perseptual.

Kecerdasan emosional (bahasa Inggris: emotional quotient, disingkat EQ) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. Sedangkan, kecerdasan (intelijen) mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan. Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang.

Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.

Howard Gardner menyatakan ada delapan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, diantaranya adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan matematik atau logika, kecerdasan spasial, kecerdasan kinetik dan jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis.

Beberapa faktor yang memengaruhi kecerdasan, yaitu:

  • Faktor bawaan atau biologis. Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan.
  • Faktor minat dan pembawaan yang khas. Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
  • Faktor pembentukan atau lingkungan. Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.
  • Faktor kematangan. Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
  • Faktor kebebasan. Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.

Kecerdasan spiritual (bahasa Inggris: spiritual quotient, disingkat SQ) adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. SQ merupakan fasilitas yang membantu seseorang untuk mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalannya itu. Ciri utama dari SQ ini ditunjukkan dengan kesadaran seseorang untuk menggunakan pengalamannya sebagai bentuk penerapan nilai dan makna.

Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi, mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal, mandiri, serta pada akhirnya membuat seseorang mengerti akan makna hidupnya.

Kecerdasan Spiritual membawa manusia hidup lebih baik dan bersemangat, serta memiliki hubungan yang dekat dengan Allah. Mereka yang memiliki Kecerdasan Spiritual, akan memiliki semangat hidup yang tinggi, dan tidak cepat putus asa serta mempunyai pandangan hidup (vision), serta mampu mengambil keputusan yang positif, tanpa merugikan orang lain, atau pihak lainnya, untuk masa depan.

keberdasan spiritual dibutuhkan untuk mengembangkan diri secara utuh, survival, visioner, misioner, semangat hidup tinggi, optimis, tidak mudah putus asa, dan mengambil keputusan positif

Jadi, sebenarnya siapakah orang yang paling cerdas menurut Rasulullah SAW?. Ada kaum Anshar yang menanyakan hal itu kepada Rasulullah.

Ibnu Majah meriwayatkan dalam hadits berderajat hasan. Hadits ini dari Ibnu Umar, bahwa ada seorang Anshar yang menghadap Rasulullah saat Ibnu Umar duduk bersama beliau.

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ

“Wahai Rasulullah, orang mukmin manakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya.” Orang itu bertanya lagi, “Mukmin manakah yang paling cerdas?” Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak baik persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah)

I Q bukan KECERDASAN tapi KECERMATAN (QS 3:190-191)

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍۢ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ﴿ە۱۹﴾ ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًۭا وَقُعُودًۭا   وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًۭا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَاعَذَابَ ٱلنَّارِ  “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari adzab neraka.” (QS 3:190-191)

Memikirkan secara cermat terciptanya siang dan malam serta silih bergantinya secara teratur, menghasilkan perhitungan waktu bagi kehidupan manusia. Semua itu menjadi tanda kebesaran Allah SWT bagi orang-orang yang berakal sehat. Selanjutnya mereka akan berkesimpulan bahwa tidak ada satu pun ciptaan Tuhan yang sia-sia, karena semua ciptaan-Nya adalah inspirasi bagi orang berakal.

Pada ayat 191 Allah SWT menjelaskan ciri khas orang yang berakal dan cermat, yaitu apabila memperhatikan dan mencermati sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan terinspirasi oleh tanda-tanda kebesaran Allah SWT di alam ini. Ia selalu ingat Allah SWT dalam segala keadaan, baik waktu berdiri, duduk, maupun berbaring. Setiap waktunya diisi untuk memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat dalam ciptaan-Nya yang menggambarkan kesempurnaan-Nya.

E Q bukan KECERDASAN tapi KEKUATAN

Berdasar hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ أنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَسَلَّم قَالَ (لَيْسَ الشَدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ) متفق عليه

Artinya : Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda “Bukanlah orang yang kuat yang menang dalam pergulatan akan tetapi orang yang kuat ialah yang mampu menahan hawa nafsunya saat marah” (Muttafaqun ‘Aleih)

Berikut hadits Qutuful Falihin min Riyadhus Sholihin  yang diriwayatkan oleh Imam Abu Hurairah Abdurrahman Bin Sakhr RA, semoga Allah meridhoinya dan kita mendapatkan barokahnya (Aamiin ya Robbal ‘alamiin).

أنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَسَلَّم قَالَ لَيْسَ الشَدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ

Bahwasannya Rasulullah SAW telah bersabda : Bukanlah orang yang kuat yang menang dalam pergulatan (bukanlah orang yang kuat, orang yang hebat dalam bertikai ia menang, kalau bergulat ia menang) kalimat Asyur’ah yaitu orang yang bergulat ia banting lawannya sehingga menang, sehingga dikatakan oleh Rasul SAW bukanlah orang yang hebat yang kuat yang menang dalam pertarungan.

إِنَّمَا الشَّدِيْدُ

Akan tetapi orang yang kuat, orang yang hebat itu adalah

الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ

Yang bisa meredam emosinya ketika marah.

Jadi yang pertama dalam hadits ini orang yang kuat bukanlah orang yang badannya besar, kekar sehingga kalau ia bergulat pasti menang, itu bukanlah orang hebat, kata Nabi SAW orang yang hebat ialah orang yang menang dalam menahan hawa nafsunya ketika marah.

 

 

Dari berbagai sumber