URGENSI SOFT SKILL


  • Hasil penelitian Cahyadi Lie dan Darmasetiawan (2017) menunjukkan bahwa soft skill berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan kerja menghadapi MEA dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,870, t-hitung sebesar 12,837 dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,668 yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara soft skill (X) terhadap kesiapan kerja mahasiswa dalam menghadapi MEA. Sementara itu, nilai koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0,446 atau 44,6% yang berarti bahwa variabel soft skill mampu memberikan kontribusi atas perubahan yang terjadi pada variabel kesiapan kerja menghadapi MEA (Y) sebesar 44,6%. Sedangkan sisanya sebesar 55,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini. Sebuah penelitian yang lain menjelaskan bahwa 80% faktor kesuksesan seseorang dipengaruhi oleh soft skill.
  •  
  • Kemampuan dalam soft skill ini meliputi kemampuan di bidang intrapersonal meliputi percaya diri, kesadaran emosi, kemampuan menilai diri, dan proaktif. Sedangkan kemampuan interpersonal meliputi mampu menerima keragaman, berjiwa pemimpin, berkomunikasi efektif, dan kemampuan membangun sinergi. Kemampuan-kemampuan ini porsinya kurang sekali diberikan, dipelajari, dan diasah oleh anak-anak kita di sekolah konvesional. Karena kebanyakan lembaga pendidikan saat ini lebih menekankan pada kemampuan hard skill yaitu berorientasi pada nilai mata pelajaran. Padahal di kehidupan sehari-hari diperlukan perpaduan antara soft skill dan hard skill. Bahkan tak jarang hard skill hanya dilirik ketika seleksi tahap awal saja pada saat melamar kerja, wawancara dan dunia kerja sangat membutuhkan kemampuan soft skill.
  •  
  • Tak sulit mencari berita tentang kekerasan yang dilakukan siswa kepada gurunya, anak yang berani menuntut orang tua nya sendiri karena kesalahan kecil, Banyak orang tua yang menghendaki anak yang memiliki rasa tanggung jawab, berkepribadian mandiri, berbudi pekerti baik serta memiliki sopan santun. Namun kenyataan anaknya tidak demikian, mereka masih harus diperintah untuk melaksanakan kewajibannya sendiri, tidak mandiri, belum peka dengan tanggung jawabnya. Terkadang sikap terhadap orang tua kurang sopan dan beradab. Padahal mereka secara usia biologisnya sudah dewasa namun usia psikologis, mental, sikap dan pola pikirnya masih seperti anak-anak.

  • Sebagian orang tua modern dalam rangka menyiapkan anaknya untuk mendapatkan pendidikan terbaik, biasanya orang tua akan memilih sekolah atau pesantren yang memiliki berbagai fasilitas sehingga anak-anak mereka bisa fokus pada pelajaran. Sehingga banyak sekolah menyediakan fasilitas laundry, agar anak-anak tidak perlu repot mencuci, menyetrika yang lumayan melelahkan dan memerlukan waktu lama. Ada fasilitas makan dan asupan gizi yang telah disiapkan oleh ahlinya sehingga anak-anak cukup sedikit mengantri untuk makan. Ada juga sekolah yang melengkapi dengan jasa cleaning service untuk terjaganya kebersihan lingkungan sekolah. Padahal dulu, kita tentu mengenal sistem piket. Piket menyapu kelas, halaman, bahkan menghapus tulisan di papan tulis. Sebagai siswa pun akhirnya belajar dengan menggerakkan tangan langsung. Sementara masa kini, banyak sekolah justru berlomba-lomba dalam pengadaan fasilitas. Di sisi lain fasilitas lengkap yang salah penggunaan justru membuat anak tidak terbiasa untuk bekerja, bergerak, dan menggunakan ototnya. Dampak buruknya ialah kelak anak-anak yang dimanja dengan fasilitas akan kesulitan dalam kehidupan nyata ketika sudah harus hidup terpisah dengan orang tua. Anak jadi bergantung pada orang tua dan tidak bisa mandiri.
  •  
  • Untuk mencetak anak-anak yang memiliki karakter tanggung jawab, jujur, mandiri, sopan santun dan beradab tersebut diperlukan pola pendidikan yang tepat, yang tidak hanya berorientasi pada nilai mata pelajaran atau akademik semata. Melainkan Pendidikan yang berorientasi pada Pembentukan Kemampuan Soft Skill Interpersonal & Intrapersonal, Ketajaman Spiritual dan Kepekaan Emosional. Pesantren Wira Usaha Nurul Islam merupakan lembaga yang memadukan nilai konseptual, spiritual, dan amal dalam setiap aktivitas pendidikannya.