DIMENSI MUTU

Dalam proses pengembangan sumber daya manusia, Keluarga Profesional Muda Muslim sangat memperhatikan bagaimana mestinya dalam mendidik anak, sebagaimana pesan dari firman Allah Subhanahu Wa Taala berikut ini.
وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar (QS 4:9).

Diantara wujud takutnya kepada Allah SWT dalam membina dan memberdayakan anggota keluarganya, Profesional Muda Muslim ini senantiasa berdoa:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS 25:74)

Di samping berdoa, Keluarga Profesional Muda Muslim dalam mewujudkan impiannya mereka berikhtiar untuk memilah dan memilih lembaga pendidikan untuk putra/putrinya tercinta. Diantara yang menjadi kriteria dalam memilih lembaga pendidikan adalah DIMENSI MUTU yang dimiliki lembaga tersebut.

Why ?  Mutu pendidikan adalah kinerja yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan sistem pendidikan dan pembelajaran, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap stakeholder serta dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Sistem Pendidikan dan Pembelajaran bermutu merupakan upaya yang memberikan rasa puas sebagai pernyataan subjektif stakeholder, dan menghasilkan mutu learning outcome sebagai bukti objektif dari mutu suatu lembaga pendidikan.

Maka dimensi mutu merupakan suatu pandangan dalam menentukan penilaian terhadap jenis dan mutu pelayanan dilihat dari akses, efektivitas, efisiensi, keselamatan dan keamanan, kenyamanan, kesinambungan pelayanan, dan kompetensi teknis suatu lembaga.

Sehingga mutu bisa diukur dengan beberapa dimensi,  dengan dimensi ini bisa dianalisis apakah suatu sistem pendidikaan dan pembelajaran itu bermutu ataukah tidak.

Untuk mengembangkan NURUL ISLAM KREMBUNG- SIDOARJO menjadi “rumah kedua” bagi anak-anak dari Keluarga Profesional Muda, maka dikembangkanlah DIMENSI MUTU. Hal ini dilakukan untuk memberikan layanan yang maksimal dalam melaksanakan proses pendidikan.

Dengan sistem DIMENSI MUTU ini membuat sistem manajemen NURUL ISLAM KREMBUNG – SIDOARJO menjadi lebih terarah dan visioner. Sehingga kondisi VUCA dimana perubahan terjadi begitu cepat, tidak pasti, kompleks dan ambigu yang disebabkan karena transformasi digital atau teknologi dapat dinavigasi secara terarah dan terukur.

Dengan mengetahui DIMENSI MUTU, Ayah Bunda sebagai Keluarga Profesional Muda menjadi terasa lebih aman dan nyaman jika menjadikan NURUL ISLAM KREMBUNG – SIDOARJO sebagai tempat pendidikan anak buah hatinya.

Adapun Dimensi Mutu Sekolah Islam Terpadu (SIT) NURUL ISLAM KREMBUNG, SIDOARJO adalah sebagaimana tabel berikut ini.

DIMENSI MUTU SIT NURUL ISLAM KREMBUNG-SIDOARJO
  1. Performa (Performance) berkaitan dengan aspek fungsional sistem pendidikan dan pembelajaran yang merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan masyarakat orang tua/wali peserta didik ketika mau daftar sekolah.
  2. Features, merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan dan pengembanganya.
  3. Kehandalan (reliability), berkaitan dengan kemungkinan suatu sistem pendidikan dan pembelajaran berfungsi dan berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu.
  4. Daya tahan (durability), merupakan ukuran masa pakai suatu outcome. Karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan dari learning outcome
  5. Kemampuan pelayanan (Service ability), merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam perbaikan.
  6. Tanggapan (response), berkaitan dengan tingkat kesesuaian/komplin terhadap sistem pendidikan dan pembelajaran sebagai spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan stakeholder.
  7. Estetika (aesthetics), merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual.
  8. Kualitas yang dipersepsikan (reputation), bersifat subyektif, berkaitan dengan perasaan stakeholder selama bersekolah di sini, seperti meningkatkan harga diri,dll.

 

REFLEKSI MAULID NABI SAW: PEMBERDAYAAN DAN PERUBAHAN

PEMAHAMAN SYAHADAT YANG SYAMIL ADALAH ‘POWER OF CHANGE’
PEMAHAMAN SYAHADAT YANG SYAMIL ADALAH ‘POWER OF CHANGE’

 

Hari ini Kamis, 12 Rabi’ul awwal 1442 bertepatan dengan 29 Oktober 2020 ummat Islam seluruh dunia diingatkan kembali untuk melakukan refleksi terhadap kelahiran Muhammad bin Abdullah.  Beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul dengan menerima wahyu pertama yang berbunyi:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS Surat Al-Alaq:1-5)

Kata Iqra’ dalam kamus memiliki beragam macam makna; menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mempelajari, mengumpulkan, dan beberapa makna lainnya. (Munawir, 1984:1101). Yang unik adalah proses untuk mendapatkan wahyu itu Muhammad bin Abdullah berkhalwat di gua Hira’ mengasingkan diri di tempat yang sunyi untuk bertafakur, beribadah dan bertaqarab kepada Allah.

Dari proses Muhammad bin Abdullah mendapatkan wahyu tersebut kita dapat mengambil pelajaran PENTINGNYA MUMBUHKAN KEMAUAN KUAT UNTUK MENERIMA WAHYU.   Dari kemauan kuat tersebut akan mengembangkan POLA KEHIDUPAN BERWAHYU, artinya menjadikan wahyu Allah (yaitu Al-Quran) sebagai IMAM, RUH, DAN STANDAR KEBIJAKAN MAUPUN OPERASIONAL KEHIDUPAN.

Kembangkan sifat: rasa kelemahan diri, rasa tanggung jawab yang besar, adanya kebutuhan yang besar pada Allah (Abdullah Said, 1981:88-89).

Why ? Kita memerlukan pertolongan Allah dalam segala urusan dan dalam segala keadaan.  Sebagaimana Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji (QS 35:15)

Kita butuh diberi kemampuan untuk melakukan sesuatu, butuh diberi-Nya rezeki dan kenikmatan, butuh dihindarkan dari bencana, butuh diurus dan diatur-Nya, butuh beribadah kepada-Nya, butuh diajarkan-Nya sesuatu yang belum diketahui, dan butuh segalanya kepada Allah. Sehingga kita tidak menyerahkan urusan kepada diri kita sendiri walau sekejap. Oleh karena itu, belajar itu adalah panggilan iman (Syafii Antonio, 2013:10).

Pemberdayaan (empowering of human capital)

Al-Arqam bin Abi al-Arqam adalah seorang pengusaha yang berpengaruh dari suku Makhzum tinggal di tempat agak terpencil di atas bukit Shafa, Makkah sehingga lebih aman dari gangguan kafir Makkah Quraisy. Di rumah Al-Arqam inilah yang dipilih Rasulullah  menjadi markas pengkaderan, ‘EMPOWERING OF HUMAN CAPITAL’ membina (yutsaqqif) kaum muslimin generasi pertama itu. Sholat bersama mereka, tahajud di malam hari. Membangkitkan keruhanian dengan sholat, membaca al Qur’an, membina pemikiran mereka dengan memperhatikan ayat-ayat Allah dan meneliti ciptaan-ciptaan-Nya, dan membina akal fikiran mereka dengan makna-makna dan lafazh-lafazh Al Qur’an serta mafahim dan pemikiran islam, dan melatih mereka untuk bersabar terhadap berbagai halangan dan hambatan dakwah. Mewasiatkan kepada mereka untuk senantiasa taat dan patuh sehingga mereka benar-benar ikhas lillahi ta’ala. Begitulah Rasulullah melakukan ‘EMPOWERING OF HUMAN CAPITAL’ para sahabat as-Sabiqunal Awwalun sehingga menjadi ‘human capital’ yang tangguh dalam berdakwah dan membela Islam, untuk melakukan perubahan.

Perubahan

Syahadat generasi pertama telah menjadi ‘POWER OF CHANGE’, semangat untuk melakukan perubahannya semakin membaja. Oleh karena itu, apalah artinya syahadat jika tidak punya isi ? Apalah artinya syahadat jika tidak berpotensi ? Apalah artinya syahadat yang sekedar formalitas, yang mandul tanpa follow up ? Apalah artinya syahadat yang tidak melahirkan komitmen pengorbanan dan kesungguhan untuk melakukan perubahan … ? ((Abdullah Said, 2015:10)

Bai’at ‘Aqabah I (621 M) adalah perjanjian Nabi Muhammad saw. dengan 12 orang penduduk Yatsrib yang kemudian memeluk Islam. Bai’at ‘Aqabah ini terjadi pada tahun kedua belas kenabiannya. Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam kemudian menugaskan Mush’ab bin ‘Umair dan ‘Amr bin Ummi Maktum ke Yatsrib bersama mereka untuk melakukan ‘EMPOWERING OF HUMAN CAPITAL’ (https://id.wikipedia.org).

Setelah Nabi hijrah ke Yatsrib tahun 622 M, ‘POWER OF CHANGE’ itu semakin luar biasa kekuatan energinya. Membangun MASJID NABAWI, MEMBANGUN SISTEM EKONOMI,  YATSRIB diubah namanya menjadi AL-MADINAH AL-MUNAWWARAH. MEMBANGUN SISTEM KEMASYARAKATAN dengan mempersaudarakan sahabat MUHAJIRIN Makkah dan ANSHAR Madinah berdasarkan ikatan akidah Islamiyah. Rasulullah SAW juga mempersatukan seluruh penduduk Madinah, baik Muslim, Yahudi maupun penyembah berhala berdasarkan ikatan sosial politik dan kemanusiaan. Hal itu ditetapkan dalam PIAGAM MADINAH dengan prinsip-prinsip kebebasan beragama, toleransi, persamaan, persaudaraan, dan tolong-menolong (https://republika.co.id).

Jadi begitulah Rasulullah SAW melakukan perubahan melalui pemberdayaan ‘EMPOWERING OF HUMAN CAPITAL’ dengan mengembangkan mindset perubahan, sehingga menghasilkan ‘POWER OF CHANGE’.  Dengan ‘POWER OF CHANGE’ itu kemudian Rasulullah melakukan ‘RECONSTRUCTING OF SOCIETY’ dengan membangun Masjid Nabawi, membangun sistem ekonomi, mengkolaborasikan semua potensi masyarakat Yastsrib yang berbeda suku, ras, agama, dan keyakinan dengan membuat PIAGAM MADINAH.

 

 

 

 

 

BISNIS YANG MEMBEBASKAN

Praktik Bisnis yang Membebaskan dari Adzab Allah yang Pedih

Bisnis macam apakah itu? Berikut bunyi tawaran Allah tentang bisnis (perniagaan) yang terdapat dalam surat Ash-Shaff, ayat 10-11:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنجِيكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan (bisnis) yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (QS 61:10-11)

Sesungguhnya Allah memiliki kuasa penuh atas semua yang dimilikinya, termasuk terhadap diri kita. Apakah Allah mau menghidupkan, mematikan, melapangkan rizki atau menyempitkannya, memberi nikmat atau mengazab. Allah menawarkan bisnis yang besar lagi tidak akan mengalami kerugian dan dapat menghantarkan untuk meraih tujuan dan melenyapkan semua halangan. Suatu bisnis yang lebih baik daripada bisnis yang sekedar profit dunia, bersusah payah untuknya dan menyibukkan diri hanya dengan bisnis  dunia semata. Jika kamu mengerjakan apa yang Kuperintahkan kepadamu dan apa yang telah Kutunjukkan kepadamu, niscaya Aku akan mengampuni semua kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke dalam surga-surga yang penuh dengan tempat-tempat tinggal yang baik-baik serta derajat-derajat yang tinggi. Tambahan ini merupakan kebaikan dunia yang disambung dengan nikmat di hari akhirat bagi orang-orang yang taat kepada Allah, Rasul-Nya, serta menolong Allah dan agama-Nya.

Yaitu bisnis yang diniatkan untuk di jalan Allah dan menolong agama-Nya, maka Allah menjamin menolongmu dan menjadikanmu menang dan sukses bisnismu. Seperti yang disebutkan dalam ayat melalui firman-Nya:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ}

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Muhammad: 7)

{وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ}

Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Al-Hajj: 40)

Berikut ini transaksi pinjam meminjam bermusyarakah yang Allah tawarkan:

إِن تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ

Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipatgandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.“ (QS 64:17).

Berapa banyak manusia yang berhasil membukukan laba? Lebih dari 1400 tahun yang lalu, Sang Pemilik Modal Yang Maha Kaya—sekaligus Sang Hakim Maha Adil—itu telah menyebarkan bocoran informasi bahwa hampir semua “mitra bisnisnya” gagal membukukan laba. Hasil auditing terhadap neraca keuangannya menunjukkan hasil bahwa bisnis mereka membukukan kerugian. Tapi ada juga yang membukukan keuntungan dalam berbisnis dengan Allah. Siapa mereka? Simak saja bocoran di bawah ini:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian (gagal membukukan laba dalam bertransaksi dengan Allah), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-‘Ashr [103]: 1-3).

Nah bisnis apapun yang kita kembangkan dan kelola harus menjadi sarana (wasilah) untuk berdizikir, bertasbih di waktu pagi maupun petang. Kesibukan bisnisnya tidak menjadi penghalang dalam berzikir kepada Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Sebagai entrepreneur, dia tetap istiqamah bahwa ridlo Allah adalah tujuan utamanya.

{فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ (36) رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالأبْصَارُ (37) لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (38) }

Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (QS 24:36-38)

EKSPONENSIAL BARAKAH

Pendidikan Kewirausahaan: Ketrampilan Menjahit
Pendidikan Kewirausahaan: Ketrampilan Menjahit

Diantara pertanggung jawaban yang harus kita persiapkan sejak sekarang didunia adalah tentang 4 perkara.

Dari Abu Barzah Al-Aslami, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أربع : عن عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ.

Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ditanya tentang empat perkara: (1) tentang umurnya untuk apa dia habiskan, (2) tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan, (3) tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan untuk apa harta tersebut dibelanjakan, dan (4) tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan.” (HR. At-Tirmidzi dishahihkan Al-Albany dalam Ash-Shahihah, 946)

Umur dan kesehatan adalah modal asasi yang diberikan Allah untuk mengabdi, mencari, dan menebarkan kebaikan membangun kesuksesan di dunia yang merupakan jembatan menuju akhirat hasanah.

Ilmu yang dianugerahkan Allah kepadamu, sejauh mana dia diamalkan untuk pemberdayaan ummat manusia. Kita menuntut ilmu ini tidak dibiarkan begitu saja oleh Allah, akan tetapi kita dituntut untuk mengamalkannya. Karena hakekat tujuan ilmu adalah pengamalannya. Allah akan meminta pertanggungjawaban tentang pengamalan ilmu yang kita pahami.

Berkaitan dengan harta jemput dan belanjakanlah sesuai syariah Allah dan rasulNya. Rasulullah صلى الله عليه وسلم menasehatkan: “Sebaik-baik harta yang baik adalah harta ditangan Orang-orang yang sholih.”(HR Bukhary dalam Adabul Mufrad,229 dishahihkan Al-Albany). Rasulullah juga mengingatkan dalam sabdanya,”Sampai satu suap makanan yang kalian berikan kepada istri kalian adalah shadaqah.”(Misykataul Maso habih dishahihkan Al-Albany,1674).

Berkaitan dengan anggota tubuh, Allah berfirman bahwa dihari kiamat semua tubuh kita menjadi saksi atas perbuatan kita didunia,” Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.”(Yaasin:65).

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).

Saudaraku, menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang Muslim. Setiap Muslim diperintahkan untuk memberikan manfaat bagi sesama.

Memberikan manfaat kepada sesama, maka manfaatnya akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri. Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman:

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ

Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra:7)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ الله فِي حَاجَتِهِ

Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan membantu keperluannya.” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ الله عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ, ةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ الله عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Barang siapa yang memudah kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan niscaya akan Allah memudahkan baginya di dunia dan akhirat” (HR. Muslim).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang shalih” (HR. Muslim no. 1631)

Bersyukurlah Allah telah memberimu peluang, umur, kesempatan, ilmu, dan posisi yang strategis. Selalu memohon pertolongan Allah, untuk dapat menunaikan amanah jabatan dengan extra ordinary. Jangan mempersempit wilayah kebaikanmu agar keberkahan yang Allah berikan kepadamu semakin beripat ganda atau eksponensial. Wallahu a’lam